Please ENJOY

Minggu, 24 Agustus 2014

WARUNG DAWEUNG ..... Romantisme Dalam Segelas Kopi




Sudah banyak tempat bernuansa alam yang saya datangi, namun baru kali ini saya benar-benar menemukan tempat yang sangat romantis, Warung Daweung menjadi magnet tersendiri bagi anak-anak muda yang tinggal di kota Bandung, terletak di Bukit Moko ± 1500 meter diatas permukaan laut, lokasi tepatnya di Kampung Buntis, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, kabupaten Bandung. Tempat dimana kita bisa menikmati Sunrise di pagi hari, Sunset di sore hari dan taburan Citylight Kota Bandung di malam hari.


Bukit Moko atau caringin Tilu memang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat di luar Kota Bandung, kebanyakan wisatawan  dari luar kota seperti dari Jakarta atau Bogor lebih memilih berlibur di daerah Lembang dan Dago Atas, atau sebagian pergi ke wilayah Bandung Selatan seperti Ciwidey, hingga jalan-jalan di sekitar Lembang, Dago maupun Ciwidey menjadi sangat macet oleh kendaraan ber-plat B atau F, kemacetan menjadikan daerah-daerah tersebut menjadi tidak nyaman. Belum dikenalnya wilayah Bukit Moko oleh para wisatawan dari luar kota justru menjadikan keunggulan tersendiri, jalan di sekitar Bukit Moko cenderung kosong jauh dari kemacetan, tidak terkontaminasi polusi hingga kita bisa leluasa menghirup udara segar.



Dalam perjalanan menuju Warung Daweung kita akan dimanjakan dengan pemandangan khas perbukitan, meskipun jalannya cenderung menanjak dan harus melewati beberapa tikungan tajam, tetapi tidak mengurangi keinginan para penikmat keindahan alam untuk mendatanginya. Sepanjang jalan kita akan melewati warung-warung yang menyajikan makanan khas kampung, seperti: nasi timbel atau kelapa muda, banyak sekali anak-anak muda yang sengaja datang ke warung-warung tersebut untuk berwisata kuliner menikmati makanan khas sunda, dengan harga yang sangat terjangkau. Warung-warung di daerah Bukit Moko buka hingga pkl: 12 malam, dan akan lebih ramai di malam minggu atau hari libur nasional.



Di puncak paling atas di Bukit Moko, letaknya paling ujung setelah kita melewati warung-warung di sepanjang jalan tadi, kita akan menemukan Warung Daweung, lokasinya paling atas, hingga kitapun harus sedikit berjuang untuk dapat mencapainya ... hehehe.... maklum akses jalan menuju Warung Daweung super nanjak dan tidak terlalu lebar, hingga pengendara kendaraan harus super hati-hati, dan bagi yang memilih jalan kaki.... ckakakkkk... lumayan untuk menguji persendian dengkul dan kekuatan otot betis. Tetapi semua kelelahan itu akan langsung dibayar tunai saat kita mencapai Warung Daweung dan menikmati keindahan panorama alamnya.




Warung Daweung benar-benar ibarat kerajaan kecil di atas awan, lokasinya yang paling tinggi dan terpencil diantara semua warung-warung yang ada di Bukit Moko membuat para pengunjung disana dapat menikmati keindahan “Cekungan Kota Bandung” dari atas dataran paling tinggi di Kota Bandung sambil “Ngadaweung / Melamun” dan menikmati sajian makanan hangat khas Warung Daweung.



Diantara sekian banyak pengunjung Warung Daweung, saya merasa sangat beruntung berkesempatan untuk mengunjungi Warung Daweung di sore hari, dimana pemandangan alam dan keindahan Sunset-nya sungguh luar biasa, sangat romantis bagi siapa saja yang berkunjung kesana bersama pasangannya, dan ketenangan suasananya mampu menambah keakraban pertemanan apabila kita berkunjung kesana ramai-ramai bersama teman-teman.



Senja di Warung Daweung



Saat matahari mulai terbenam, dan langit mulai berwarna kuning tembaga, diantara kursi-kursi dan meja-meja batu yang dipasang dipinggiran lapangan di belakang warung, saya melihat sepasang anak muda, mereka datang berdua, duduk di atas kursi batu, diantara sekian banyak pengunjung yang berfoto disana menggunakan tongsis, bahkan ada yang sengaja membawa kamera profesional DSLR, pasangan muda ini mengabadikan romantisme mereka berdua hanya menggunakan pocket digital camera, dan dipasang diatas tripod berukuran mini, diletakan diatas meja batu, lalu mereka berpose berdua, bergaya khas anak muda yang sedang berpacaran. Sungguh romantis mereka itu, dan yang sangat penyita perhatian saya adalah diatas meja batu itu tidak tersaji makanan apapun, selain tripod yang mereka gunakan untuk menyimpan kamera digitalnya, mereka hanya memesan segelas kopi yang mereka minum berdua..... so sweet.



Saat senja beranjak malam, dan pasangan itu berajak pulang, saya menghapiri gelas kopi bekas mereka minum, lalu saya memotretnya... I get it ! Romantisme Dalam Segelas Kopi.

Romantisme Dalam Segelas Kopi


0 komentar:

Posting Komentar